Doa ibubapa
{ Menangislah dan Berdoalah untuk Anak-Anakmu }
Banyaklah menangis dan berdoa untuk anak-anak, terutama pada waktu shalat malam yaitu pada waktu-waktu terkabulnya doa, seperti sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah, agar anak-anaknya dijadikan orang-orang yang shalih shalihah.
Hendaklah orang tua memanfaatkan perannya sebagai orang tua, yang mana Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam katakan bahwa mereka memiliki peluang yang besar untuk dikabulkan doanya kepada ana-anaknya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah)
Seperti contoh doa Nabi Sulaiman ’alaihissalam yang Allah ta’ala firmankan dalam Al Quran
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
“… dan berikanlah keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan) kepada anak cucuku…” (Qs. Al Ahqaf: 15)
Atau doanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Tuhanku jadikanlah diriku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap melaksanakan shalat, wahai Rabb kami perkenankanlah doaku.” (Qs. Ibrahim: 40)
Hendaklah orang tua selalu berdoa kepada Allah agar mereka dan anak-anaknya dikumpulkan secara bersama-sama di surga kelak. Betapa bahagia dan senangnya orang tua yang bisa berumpul bersama dengan anak-anaknya di dunia, apalagi jika mereka dapat berkumpul dengan anak-anaknya di surga. Yang kurang amalnya diantara mereka akan ditutupi dan disempurnakan Allah dengan yang sempurna amalnya.
Allah ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
”Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dengan keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal (kebajikan) mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Qs. Ath Thuur: 21)
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu berkata, ”Sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat (derajat) anak cucu orang yang beriman menjadi sederajat dengannya, meskipun amal anak cucu itu lebih rendah di bawahnya. Hal ini bertujuan agar keberadaan anak cucu mereka yang bersamanya akan membuat hatinya senang.” Lalu ia membaca ayat diatas Qs. Ath Thuur: 21)
Inilah karynia yang Allah ta’ala berikan kepada para anak disebabkan oleh keberkahan amal orang tua mereka. Adapun keutamaan yang diberikan kepada para ayah, hal itu disebabkan oleh keberkahan doa aak-anak mereka. (Al Misbahul Munir fi Tahdzibi Tafsiri Ibni Katsir hal 1153)
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
”(yaitu) Surga surga Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang shalih dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (Qs. Ar Ra’d: 23)
Mendoakan anak-anak dapat memperbaiki keadaan mereka, menutupi kekurangan mereka, membenahi kesalahan merea, dan melindungi mereka dari keburukan dunia dan dan akhirat. Al Fudhail bin Iyadh menginginkan anaknya menjadi anak yang shalih, wara’ dan bertaqwa, maka ia pun berdoa kepada Allah ta’ala:
”Ya Allah, aku sudah berusaha keras untuk mendidik Ali, tetapi aku tidak mampu mendidiknya, maka didiklah dia untukku.”
Ia telah berupaya keras untuk mendidik anaknya dan memohon kepada Allah agar mendidiknya sebagai anak yang shalih. Kemudian Allah mengabulkan permohonannya dan sang anak pun menjelma menadi pemuda yang dapat membantu ayahnya untuk menalankan takwa, zuhud dan wara’. Keduanya pergi bersama untuk melaksanakan shalat, menunaikan ibadah haji dan melakukan berbagai macam kebajikan. Keduanya pergi bersama untuk melaksanakan shalat, menunaikan ibadah haji, dan melakukan berbagai macam kebajikan. Keduanya melaksanakan shalat malam dan puasa bersama, tanpa melupakan anggota keluarga lainnya. Sehingga rumah itu benar-benar menjadi rumah yang penuh kebajikan.
Kemudian Ali bin al Fudhail bin Iyadh menjelma menjadi seorang ulama besar, seperti ayahnya yang dikenal dengan ilmu dan kezuhudannya. Menurut Imam an Nasa’i, Ali bin al Fudhail bin Iyadh adalah perawi yang terpercaya. Sementara al Hafidz Abu Bakar al Khathib berkata: ”Dia adalah orang yang sangat hati-hati dalam urusan halal haram.” Abdullah bin ubarak berkata: ”Orang yang paling baik adalah al Fudhail bin Iyadh. Tetapi putranya Ali lebih baik darinya.” Sedangkan Sufyan bin Uyainah berkata: ”Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang rasa takutnya kepada Allah lebih besar dari al Fudhail dan putranya.”
Ali bin Al Fudhail pernah berada di dekat Sufyan bin Uyainah yan ketika itu dia sedang menyebutkan hadits tentang neraka, sementara di tangan Ali ada sebuah kertas yan terikat. Lalu Ali menarik nafas panjang dan kertas yang dipegangnya pun terjatuh. Sufyan menoleh ke arahnya lalu berkata, ”Sekiranya aku tahu engkau ada di sini tentu aku tidak akan menyebutkan hadits tentang neraka. Lalu Ali tidak sadar (pingsan) selama waktu yang Allah kehendaki. (Az Zuhud no. 965 oleh Imam Ahmad)
(100 Kiat Bagi Orang Tua Agar Anak –insyaallah- Jadi Shalih Shalihah, Penulis Najmi bin Umar Bakkar Penerbit Perisai Quran)
Sumber: wanitasalihah.com
Oleh: Mutiara Risalah Islam
Comments
Post a Comment