Sekeping hati

Kitab Keajaiban Hati

Rahasia Keajaiban Hati
 KEAJAIBAN HATI
Sahabat sekalaian ketahuilah bahwa :
“sesungguhnya manusia itu siap untuk mengenal Allah, dengan hatinya, bukan dengan angota-angota tubuh yang lain”.
Maka hatilah yang mengenal Allah dan hati pula yang mendekatkan diri kepada-Nya, hati yang beramal untuk-Nya, hati yang berusaha menuju kepada-Nya, dan hati pula yang menyingkapkan tabir penghalang terhadap sesuatu yang ada pada sisi-Nya. Sedangkan angota-anggota tubuh yang lain hanyalah menjadi pengikut atau pengiring, pelayan dan sebagai alat-alat pengkhidmatan kepada-Nya.
Dan hati mempergunakan angota-angota itu seperti raja mempergunakan hamba sahaya, dan laksana gembala mempergunakan ternaknya, dan seperti tukang atau pengrajin mempergunakan perkakasnya.
Hati diterima di sisi Allah, apabila ia selamat dan bersih dari selain Allah dan ia terdinding dari Allah, apabila ia tenggelam dalam selain Allah. Hatilah yang dituntut, hatilah yang diajak bicara, hatilah yang dimurkai. Dan hati pulalah yang merasakan bahagia dekat dengan Allah.
Maka beruntunglah manusia apabila ia dapat membersihkan hatinya. Dan hati itu pula mengalahkan dan mencelakakannya apabila ia mengotori dan menodainya. Pada hakikatnya hatilah yang taat kepada Allah, sedang ibadat yang dilakukan angota-angota badan adalah cahayanya.
Hati pula yang durhaka dan melawan Allah, sedangkan kejahatan yang dilakukannya yang mengalir keseluruh anggota badan adalah merupakan bekas-bekasnya.
Dengan gelap dan terangnya hati, nyatalah kebaikan dan kejahatan lahiriah, karena setiap bejana membayangkan apa yang ada di dalamnya.
Apabila manusia mengenal hatinya, niscaya ia akan mengenal dirinya dan apabila ia mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhannya. Sebaliknya apabila manusia tidak mengenal hatinya, niscaya ia tidak mengenal dirinya. Dan apabila ia tidak mengenal dirinya, niscaya ia tidak mengenal Tuhannya.
Barang siapa tidak mengenal hatinya, niscaya lebih tidak mengenal yang lainnya, karena kebanyakan makhluk tidak mengenal hati dan diri mereka, atau dibatasi antara hati dan diri mereka. Allah sesungguhnya membatasi seseorang dengan hatinya. Dan cara membatasi itu ialah dengan menghalanginya dari mengenal sifat-sifat hati dan cara-cara perputarannya antara dua jari dari jari-jari kekuasan Allah Yang Maha Pengasih.
Dan hati itu kadang-kadang menurun, kebawah sejauh-jauhnya, merendah ke ufuk setan-setan. Dan kadang-kadang meninggi naik ke atas ke puncak ketinggian, meningkat ke alam malaikat yang dekat dengan Allah. Orang-orang yang tidak mengenal hatinya sendiri, untuk diteliti dan dijaga serta tidak digunakan untuk mengintip sesuatu dari perbendaharaan alam malakut (abstrak), ia termasuk dalam apa yang dimaksud Firman Allah Surat Al-Hasyar 19:
Artinya: ” Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah manjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Nah, sahabat sekalian mengenal hati itu dan segala seluk beluknya sangat perlu bagi kita dan merupakan awal atau dasar ma’arifah kita kepada Allah serta merupakan pokok pangkal agama.
Saya percaya bahwa, keyakinan yang kita miliki sekarang pada dasarnya masi semu, kabur atau samar-samar dikarnakan adanya kabut yang menutupi diri kita untuk melihat hakikat kebenaran yang sebenarnya. Sehingga hal ini lah yang membuat kita tidak bersungguh-sungguh dalam agama, beramal, dan manjalankan perintah Allah. Sebab bagaimana mungkin timbul rasa sayang kita kepada Allah dan agamanya tanpa saling mengenal terlebih dahulu.
Faktor yang menghalangi pengenalan ini adalah dikarnakan seringnya kita menutupi diri dengan segala kesibukan, pergaulan yang membawa pada kemaksiatan dan perbuatan dosa, menyia-nyiakan waktu dengan kesenangan-kesenangan dunia. Yang tanpa kita sadari, karena itu semua kita telah lalai dari hakikat keberadaan kita yang sebenarnya, yang diberikan amanah oleh Allah untuk mengenal-Nya.
Kita tidak mempunyai rasa sensitif terhadap jeritan hati, bahkan mengabaikannya karena lebih mementingkan kesenangan dunia semata.
Comments
Post a Comment